Berenang dan berendam
dalam air adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Apalagi jika air yang
digunakan adalah air yang hangat. Beberapa orang malah menjadikan kegiatan
tersebut sebagai bagian dari proses pengobatan dan pemulihan penyakit. Pada
orang-orang tertentu, air dapat menciptakan efek psikologis menenangkan. Tetapi
air juga dapat merupakan tempat berkumpulnya mikroorganisme penyebab penyakit,
salah satunya adalah bakteri Legionella penyebab penyakit Legionellosis.
Risiko terjadinya kontaminasi
bakteri Legionella terhadap kolam air panas dapat direduksi dengan menerapkan
sistem kontrol yang baik terhadap keamanan pemeliharaan air (Water Safety Plan), terutama air kolam.
Tugas ini menjadi tanggung jawab pemilik kolam pemandian tersebut. Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) pada 2007 telah menyusun
metode Water Safety Plan (WSP),
terutama yang berhubungan dengan bakteri Legionella pada tempat wisata
pemandian air panas, kolam renang dan pusat spa.
Beberapa faktor risiko yang perlu
diperhatikan dan dikendalikan agar kontaminasi bakteri Legionella terhadap air
kolam dapat direduksi, di antaranya adalah :
1.
Kualitas sumber air yang digunakan. Sumber air yang memiliki kandungan bahan
organik dan mineral yang tinggi, dapat meningkatkan potensi pertumbuhan bakteri
Legionella secara optimal, terutama dalam kondisi suhu air panas. Ini berarti,
potensi kontaminasi bakteri Legionella menjadi semakin besar. Pipa air yang
digunakan untuk mengisi air kolam perlu dibersihkan dengan larutan desinfektan secara
rutin, sehingga bakter Legionella yang mungkin ada, tidak akan betah
berlama-lama menghuni pipa air dan air kolam yang hangat.
2.
Faktor nutrisi. Nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dapat
berasal dari pengguna fasilitas kolam. Turbulensi yang terjadi di dalam kolam
air panas dapat meningkatkan risiko material nutrisi seperti sel kulit mati,
kosmetik, dan body lotion, terlepas
dari tubuh para perenang. Material nutrisi tersebut akan terakumulasi dan makin
merangsang pertumbuhan bakteri secara optimal. Hal itu dapat diperparah jika
para perenang tidak membersihkan diri dan buang air terlebih dahulu sebelum
masuk ke dalam kolam renang.
3.
Faktor desinfektan. Konsentrasi larutan desinfektan yang
digunakan untuk membunuh bakteri harus disesuaikan dengan luasnya kolam yang
digunakan serta estimasi banyaknya pengguna fasilitas kolam. Sistematika
pemberian desinfektan setidaknya dapat mengacu pada metode WSP yang telah
disusun oleh WHO.
4.
Faktor edukasi. Pengetahuan yang dimiliki pemilik fasilitas
kolam dan petugas sanitasi kolam mengenai faktor resiko dan cara pencegahan
serta penanggulangan kontaminasi mikroorganisme sangatlah perlu ditingkatkan.
Hal itu dilakukan dengan cara mengikuti training dan seminar secara rutin.
Pentingnya pembersihan sarana dan prasarana yang ada di kolam renang secara
berkala, sangat membantu mencegah pertumbuhan bakteri Legionella berkembang ke
level yang membahayakan kesehatan manusia.
Agar keempat faktor risiko
tersebut dapat dikendalikan dengan tepat, dibutuhkan kerja sama yang baik antara
pemilik fasilitas kolam beserta seluruh karyawannya dan pengguna fasilitas
kolam tersebut, agar wabah penyakit Legionellosis tidak perlu terjadi. Kedua
pihak tersebut masing-masing harus menyadari pentingnya menjaga kebersihan diri
dan lingkungan. Pemerintah pun perlu melakukan kontrol dan pengawasan berkala
terhadap kebersihan fasilitas umum yang banyak digunakan dan diminati
masyarakat, sehingga dapat segera mengambil tindakan-tindakan strategis yang
diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu wabah penyakit. Pada dasarnya,
pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan jika kita memahami sifat kimia,
fisik dan biologinya dengan baik.*** Laksmi Priti Manohara/ Pikiran Rakyat 15 September 2011
No comments:
Post a Comment