Labels

Sunday 26 May 2013

Pencegahan Wabah Legionellosis


Berenang dan berendam dalam air adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Apalagi jika air yang digunakan adalah air yang hangat. Beberapa orang malah menjadikan kegiatan tersebut sebagai bagian dari proses pengobatan dan pemulihan penyakit. Pada orang-orang tertentu, air dapat menciptakan efek psikologis menenangkan. Tetapi air juga dapat merupakan tempat berkumpulnya mikroorganisme penyebab penyakit, salah satunya adalah bakteri Legionella penyebab penyakit Legionellosis. 
Risiko terjadinya kontaminasi bakteri Legionella terhadap kolam air panas dapat direduksi dengan menerapkan sistem kontrol yang baik terhadap keamanan pemeliharaan air (Water Safety Plan), terutama air kolam. Tugas ini menjadi tanggung jawab pemilik kolam pemandian tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) pada 2007 telah menyusun metode Water Safety Plan (WSP), terutama yang berhubungan dengan bakteri Legionella pada tempat wisata pemandian air panas, kolam renang dan pusat spa.
Beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan dan dikendalikan agar kontaminasi bakteri Legionella terhadap air kolam dapat direduksi, di antaranya adalah :
1.       Kualitas sumber air yang digunakan. Sumber air yang memiliki kandungan bahan organik dan mineral yang tinggi, dapat meningkatkan potensi pertumbuhan bakteri Legionella secara optimal, terutama dalam kondisi suhu air panas. Ini berarti, potensi kontaminasi bakteri Legionella menjadi semakin besar. Pipa air yang digunakan untuk mengisi air kolam perlu dibersihkan dengan larutan desinfektan secara rutin, sehingga bakter Legionella yang mungkin ada, tidak akan betah berlama-lama menghuni pipa air dan air kolam yang hangat.
2.       Faktor nutrisi. Nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dapat berasal dari pengguna fasilitas kolam. Turbulensi yang terjadi di dalam kolam air panas dapat meningkatkan risiko material nutrisi seperti sel kulit mati, kosmetik, dan body lotion, terlepas dari tubuh para perenang. Material nutrisi tersebut akan terakumulasi dan makin merangsang pertumbuhan bakteri secara optimal. Hal itu dapat diperparah jika para perenang tidak membersihkan diri dan buang air terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kolam renang.
3.       Faktor desinfektan. Konsentrasi larutan desinfektan yang digunakan untuk membunuh bakteri harus disesuaikan dengan luasnya kolam yang digunakan serta estimasi banyaknya pengguna fasilitas kolam. Sistematika pemberian desinfektan setidaknya dapat mengacu pada metode WSP yang telah disusun oleh WHO.
4.       Faktor edukasi. Pengetahuan yang dimiliki pemilik fasilitas kolam dan petugas sanitasi kolam mengenai faktor resiko dan cara pencegahan serta penanggulangan kontaminasi mikroorganisme sangatlah perlu ditingkatkan. Hal itu dilakukan dengan cara mengikuti training dan seminar secara rutin. Pentingnya pembersihan sarana dan prasarana yang ada di kolam renang secara berkala, sangat membantu mencegah pertumbuhan bakteri Legionella berkembang ke level yang membahayakan kesehatan manusia.

Agar keempat faktor risiko tersebut dapat dikendalikan dengan tepat, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemilik fasilitas kolam beserta seluruh karyawannya dan pengguna fasilitas kolam tersebut, agar wabah penyakit Legionellosis tidak perlu terjadi. Kedua pihak tersebut masing-masing harus menyadari pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Pemerintah pun perlu melakukan kontrol dan pengawasan berkala terhadap kebersihan fasilitas umum yang banyak digunakan dan diminati masyarakat, sehingga dapat segera mengambil tindakan-tindakan strategis yang diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu wabah penyakit. Pada dasarnya, pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan jika kita memahami sifat kimia, fisik dan biologinya dengan baik.*** Laksmi Priti Manohara/ Pikiran Rakyat 15 September 2011

No comments:

Post a Comment