Labels

Sunday 7 December 2014

Pasang Gaya di De Mata

Hidup pas-pasan itu memang paling asoy. Pas butuh waktu buat refreshing, pas suami ngajak liburan ke Yogyakarta selama 4 hari 3 malam (plus 2 malam di kereta). Yippiee… 

Yah… sebenarnya ini bukan murni acara liburan. Tapi nemenin suami liputan acara launching sepeda dari Perusahaan Poligon.  Supaya acara liburan ini bisa dibuat padat dan bermanfaat, saya langsung browsing tempat-tempat keren yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya. Saya ga mau hanya menghabiskan waktu di tempat perbelanjaan doang (di Bandung juga banyaaak kaliii...).

Akhirnya.... Selain berkunjung ke tempat-tempat mainstream macam Malioboro, Keraton, Candi Prambanan, dan Candi Borobudur, saya tertarik mengajak suami dan anak-anak untuk berkunjung ke museum 3 Dimensi yang terletak di XT Square jalan Veteran, Jogja.  Namanya Museum “Trick Eye De Mata”.
Kursi "ajaib" ini disimpan di depan pintu masuk museum

Sesuai namanya, museum ini penuh lembaran lukisan dengan sensasi 3 dimensi yang “menipu” mata. Lukisan-lukisan berukuran besar itu ditempel di tembok. Sebagian bahkan ada yang sampai menjulur ke lantai.
Sebanyak kurang lebih 120 lukisan berbagai tema akan memanjakan kita. Jangan salah, lukisan-lukisan itu tidak dipasang hanya untuk ditatap saja. Tetapi kita bisa berpose seakan-akan sedang berinteraksi dengan gambar di dalam lukisan. Dengan efek  3 dimensi, gambar-gambar tersebut terlihat lebih hidup. Perlu diketahui, lukisan-lukisan ini adalah sebuah hasil olahan digital print. Jadi jangan membayangkan sebuah karya lukisan ala seniman lukis yang biasa kita lihat di museum atau galeri pada umumnya ya…
Ouch!

Di foto ini keliatan jelas ya, kalau lukisannya sebenernya cuma lembaran biasa. 

I'm flying


Museum De Mata memang terbilang baru. Cocok banget buat yang hobi narsis di depan kamera. Wahana ini diresmikan sekitar bulan Desember 2013, dan mulai gencar dipromosikan sepanjang tahun 2014. Pemerintah Kota Jogja mengklaim museum ini adalah museum gambar 3 dimensi terbesar di dunia, karena memiliki koleksi lukisan terbanyak dibandingkan dengan museum lain yang ada di seluruh dunia.
kecil-kecil dah berani manjat tebing nih.

Auw...

ooops! :p


Saran saya, sebelum berkunjung ke tempat ini, cek ricek baterai kamera atau HP ya. Jangan sampai pas lagi heboh mau narsis, taunya malah low-batt. Kan ga lucu… ***

Info : 
museumdemata.com
XT Square- Jl. Veteran- Yogyakarta

Tiket masuk : Rp 35.000,-
Jam buka : senin-minggu, jam 10.00 - 22.00 WIB

Tuesday 22 July 2014

Lantunan Ar-Rahman untuk Keni

“Alhamdulillah”.
Perlahan Nabila menutup Syaamil Quran-nya. Hari itu ia berhasil menyelesaikan tilawah surat Ar Rahman. Sejak kelas satu SD, setiap sore, Nabila telah dibiasakan mengaji beberapa ayat Quran. Hal itu berlanjut hingga sekarang.
Baru saja Nabila akan meletakkan Quran kesayangannya di atas meja belajar, tiba-tiba terdengar suara bergedebuk dari luar kamarnya.
“Auw”!
Seseorang menjerit kesakitan.
Buru-buru Nabila melangkah ke arah jendela kamarnya. Melongok ke luar dan melihat tetangganya, Keni, sedang menggosok-gosok kaki dengan muka meringis.
“Keni! Apa yang kau lakukan di situ? Mau berbuat jahil lagi ya?” seru Nabila.   
Keni adalah anak penghuni panti asuhan di sebelah rumahnya. Ia juga sekaligus teman sekolah yang paling tidak disukai Nabila. Gadis cilik berusia 9 tahun itu sangat senang menjahili Nabila.
Keni sering menarik ujung jilbab Nabila, berteriak keras-keras di telinganya, dan seabreg keusilan yang sangat mengganggu. Entah apalagi yang sedang direncanakan teman sekelasnya itu kali ini.
“Eh… Tidak. Aku tidak bermaksud apa-apa, kok,” jawab Keni tergeragap.
“Pasti kamu berbohong,” sela Nabila .
“Betul, kok. Masa aku bohong.” Keni agak terlihat gugup.
Kekesalan Nabila tidak hilang.
“Eh, Keni. Tante kira siapa. Sedang apa di luar situ? Ayo masuk ke dalam!” seru Umi Nabila yang saat itu sudah berdiri di halaman depan rumah.  “Ajak temanmu masuk, Nabila. Umi mau ke warung Bu Nyoman dulu.”
Sebenarnya Nabila sangat enggan, tetapi akhirnya ia menuruti juga kata uminya. Nabila berjalan ke luar kamar dan membuka pintu ruang depan untuk mempersilakan Keni masuk.
Saat Nabila membuka pintu ruang depan, Umi sudah tidak terlihat lagi.
“Maafkan aku, Nabila. Pasti aku mengagetkan dirimu ya?” kata Keni.
“Tentu saja,” ujar Nabila masih kesal. “Untung saja aku sudah menyelesaikan tilawahku. Tak bisakah kau berhenti menjahiliku, Keni?”
 Tanpa disangka, Keni tersenyum dan mengangguk.
“Bisa saja. Aku akan berhenti mengganggumu dengan satu syarat,”
“Syarat apa? Mau melakukan kebaikan kok minta pamrih,” gerutu Nabila dengan mulut masih mengerucut karena kesal.
“Tolong ajari aku membaca Quran. Aku ingin bisa mengucapkan ayat-ayat itu sebagus dirimu. Setiap sore aku selalu menunggumu mengalunkan ayat-ayat Quran. Suaramu yang merdu terdengar sampai ke rumah panti.  Boleh kan?” Keni menatap Nabila dengan penuh harap.
Mulut Nabila menganga saking herannya. Diamatinya wajah Keni. Tak ada sedikitpun keraguan tampak di wajah temannya itu. Keni terlihat sangat bersungguh-sungguh dengan permintaannya.
Nabila lalu menggerakkan matanya ke bawah, melihat kalung salib yang menggantung di dada Keni.  Mendadak Nabila teringat akan kisah Khalifah Umar bin Khattab, seorang sahabat Nabi Muhammad yang akhirnya memeluk agama Islam karena mendengar adiknya melantunkan ayat suci Alquran. Perlahan, senyum mulai mengembang di bibir Nabila. Allah pasti tak keberatan jika ada umatNya yang ingin mempelajari Alquran, pikir Nabila.
“Oh.. Baiklah. Aku akan mengajakmu menemui Ustadzah Rani, guru mengajiku. Insya Allah beliau lebih pandai mengajari orang membaca Quran dan menjelaskan adab-adabnya,” kata Nabila.
Keni terlihat berseri-seri. Sebuah ketapel kayu yang sedang digenggamnya, segera dimasukkan ke dalam saku.  
***

Cerita ini diikutsertakan dalam lomba FF Paberland bekerja sama dengan Syaamil Quran. #AyoNgajiTiapHari